Membangun Personal Branding : Be Yourself




Foto Dok.Pribadi

Kembali ke lapak tercinta. Kali ini akan membuat reportase acara yang saya hadiri beberapa waktu lalu yang temanya sangat menarik yaitu Personal Branding. Sebenarnya ini adalah sebuah kegiatan launching buku Ibu Dewi Haroen yaitu yang dikenal dengan nama Wita Rifol di Kompasiana. Buku beliau berjudul Personal Branding, Kunci Kesuksesan Berkiprah Di Dunia Politik. Tapi setelah mengikuti seluruh rangkaian acara dan menyimak semua diskusi yang berlangsung serta mendengar paparan para nara sumber hingga akhir, saya menarik kesimpulan (meski belum membaca bukunya) bahwa ini juga penting untuk semua orang yang ingin sukses dalam hidupnya, tidak hanya terbatas Plotikus saja.


Ya, launching yang mengahadirkan nara sumber keren Ketua Umum MUI Bapak Din Syamsuddin, Guru Besar Psikologi Politik UI Bapak Hamdi Muluk dan musisi idola jaman saya remaja nih, tapi di tahun 2014 mencoba maju ke Senayan menjadi Caleg salah satu partai yang ikut berlaga di Pemilu Indonesia. Di pandu MC Karel Anderson dan Moderator Alvin Lie acara yang diadakan di Gramedia Matraman berlangsung lancar.

Jadi mari lanjut ke materi utama, apa sih Personal Branding dan kenapa Ibu Dewi menelurkan buku ini? nah, buku ini sendiri menurut Ibu Dewi hadir dari keresahan beliau sebagai seorang Psikolog Rekrutmen melihat fenomena miris pada Pemilu legislative. Di mana hampir ribuan orang berbondong-bondong ikut mencalonkan diri, kampanye, promosi diri lewat poster-poster yang bertebaran seantero Dapilnya namun masyarakat banyak mengeluh tidak mengenal mereka. Yang lebih parah lagi, dengan PD para Politisi ini “mencolek” masyarakat lewat berbagai cara dari cara halus hingga memaksa agar memilih mereka, hingga banyak menimbulkan komentar “siapa elo??!!” di kalangan masyarakat. 

Padahal untuk merekrut PNS, TNI, POLRI dibutuhkan seleksi ketat dan banyak tahap tes. Sedang di perusahaan swasta seringnya tidak ada seleksi tapi langsung Penunjukan Personal karena langsung melihat kwalitas dari personal yang ditunjuk yang mayoritas sudah terbukti kwalitasnya. (Jadi ingat Bapak Erik Meijer nih :D)

Bagaimana mungkin urusan Negara diisi oleh orang-orang yang kehadirannya di Kursi Legislatif bagaikan sebuah arisan? Kocokan keberuntungan! Inilah yang mendasari buku ini hadir dari tangan Ibu Dewi.

Branding sendiri adalah istilah yang diciptakan para pakar marketing untuk kepentingan promosi, “brand” dari (nama/merek produk). Karena itu menurut Pak Din kadang “branding” cenderung merembet pada hal manipulative, karena dari kebiasaan yang ada di marketing yang banyak membuat hal-hal “manipulative” untuk menarik perhatian konsumen (jadi ingat iklan rokok “wani piro?”). 

Pak Din juga menjelaskan, sebenarnya tanpa bermaksud masuk ke ranah baik dan buruk, namun dengan sendirinya akan menjadi baik dan buruk karena personal Branding akhirnya menghadirkan dua hal nyata tersebut. Buruk saat kecenderungan seseorang untuk mempoles dirinya sedemikian rupa dengan berbagai “perhiasan” luar agar terlihat “wah”. Dan ini yang banyak terjadi di kalangan Caleg saat ini, dengan poster yang menampilkan gambar-gambar diri dengan senyum manis hasil editan fotografi dan menabur uang, tanpa memberi tahu pada pemilihnya bagaimana cara kerjanya, visi misinya, karakter pribadinya yang baik yang membuatnya layak dipilih saat mereka terpilih nanti. 

Tapi Pak Din juga mengatakan pada hakikatnya ilmu Personal Branding ini sangat penting karena sudah hakikatnya dari sisi psikologis secara naluri dan alamiah manusia memiliki insting untuk memperkenalkan diri, secara ego ingin menampilkan keakuannya untuk kepentingan bersosialisasi dan berafiliasi dengan pihak lain. Namun tetap harus diingat satu hal, jangan pernah menghilangkan nilai terutama nilai kebaikan dan karakter diri yang utama. Terutama untuk Politikus, bila memaksa menampilkan polesan luar yang manipulatif dibantu para pakar marketing ahli dan dengan cepat melambung, percayalah itu akan gagal nantinya.
Sedangkan menurut Bapak Hamdi Muluk, sedikit meluruskan yang dikatakan Pak Din tentang “manipulatif” bahwa memang benar istilah “Branding” berasal dari para pakar marketing produk. Namun secara keseluruhan tentang personal Branding itu berbeda dengan iklan atau advertising. Iklan bukan keseluruhan dari Personal Branding, karena itu personal branding tidak bisa dikatakan sebagai kegiatan manipulatif. Jadi bila ada sesosok pribadi ingin membangun personal brandingnya, dengan memoles diri sedemikian rupa menggunakan iklan dengan dana yang banyak dalam sekejap berharap terbangun Personal Branding yang baik dan sukses itu adalah mustahil. Hanya tinggal menunggu waktu kegagalan menghampiri.

Karena pada dasarnya personal branding adalah lebih kepada menggali potensi diri. Dalam psikologi kalau kita ingin menjadi orang berkelas  yang harus pertamakali dilakukan adalah membangun karakter pribadi. Karakterlah yang akan membuat personality setiap orang yang berbeda dikenali. Bagaikan diamond yang disembunyikan dalam lumpur sekalipun akan tetap muncul berkilau. 

Untuk partai Politik karakter biasanya berhubungan dengan ideologi, yang nantinya nakan turun pada flatformnya, programnya dan kesungguhan dalam memperjuangkan program untuk rakyat. Bukankah pada dasrnya Partai yang didalamnya diisi kader-kader (Politikus) pada dasarnya bekerja untuk rakyat? Yang menurut Pak Hamdi Pemilihan Caleg adalah perekrutan orang-orang yang mau bekerja untuk Rakyat. Nah, dari 12 Partai yang berlaga, adakah yang memiliki Branding kuat? Dan didukung Kader dengan karakter kuat pula? 

Jadi, bagaimana seorang Caleg bisa membangun karakter atau Personal Branding Partainya bila dirinya sendiri tidak memiliki Personal Branding dengan karakter yang kuat dan baik? 

Kenapa personal Branding penting untuk Politisi? Karena tentu kita semua tidak menginginkan kejadian Caleg baik dan amanah tapi tidak bisa Membranding dirinya, menampilkan ketekunannya dalam bekerja tapi namun akhirnya kalah dengan dengan Caleg yang sebaliknya pintar mengiklankan diri, memanipulasi “kesemuan” karakternya. Setelah terpilih dan berada di kursi legilatif tidak bisa dan tidak tahu apa-apa. Salah satu contoh yang dipaparkan Bu Dewi, ada bagi-bagi uang si Legislator langsung main terima karena melihat yang lain juga menerima tanpa tahu uang itu dari mana. Ini nih bahaya laten di Negara kita :(
Dan menurut Pak Hamdi, pintarnya Bu Dewi meramu bukunya adalah dengan tidak terlalu banyak membuat refrensi yang merujuk pada buku marketing dan advertising. Namun lebih merujuk pada ilmu psikologi yang diaykininya benar. Salah satunya yaitu mengembangkan diri, menggali potensi pada satu arah tujuan yang unik, benar dan fokus maka percayalah Personal Branding-nya akan terbangun sendiri dengan sukses.

Sedangkan menurut Dwiki Darmawan, bila dihubungkan dengan pengalamannya lebih dari 30 tahun di dunia musik, Personal Branding musisi terbentuk dari karya dan prestasi. Tapi di jaman kapitalisme Global Personal Branding itu bisa dicetak, buka lagi dari karya dan prestasi. Salah satu contoh yang diberikan Mas Dwiki adalah suksesnya JKT48 membangun Branding dengan membuatnya semirip mungkin dengan Girl Band Kpop dan maraih banyak penggemar serta menjadi penghasil materi luar biasa. Sehingga sekarang pengalaman, prestasi dan karya tidak berbanding lurus dengan rejeki, sedangkan di Politik Popularitas tak selalu berbanding lurus dengan elektabilitas. Yang lebih mengerikan menurut mas Dwiki ada banyak orang di Politik yang saat akan masuk masih beraba-raba “Nanti saya akan membranding diri saya jadi seperti apa ya?” atau “Nanti saya akan menampilkan Branding jadi apa ya?”

Padahal menurut mas Dwiki, saat orang sudah puluhan tahun menggeluti sebuah passion di bidangnya masing-masing sudah tak perlu lagi memikirkan dan mencari-cari hal ini, karena sudah menguasai passionnya dan tinggal menampilkannya dengan ciamik. Inilah yang membuat mas Dwiki memutuskan menjajal terjun ke Senayan. Supaya bisa ikut membawa Indonesia membangun branding yang kuat melalui Industri kreatifnya salah satunya melalui musik sebagai Industri kreatif berbasic Budaya. Ingin membawa Indonesia dalam pergaulan Internasional melalui musik. Yang mana semua membutuhkan kebijakan public yang mendukung industry kreatif dengan ketahanan budaya yang nantinya bisa menjadi sumber daya terbarukan. Mas Dwiki merasa bisa tetap menjadi dirinya sendiri dengan basic seorang musisi saat masuk ke dunia Politik.

Saya yakin mas Dwiki terinspirasi oleh kesuksesan Personal Branding yang dibangun oleh Korea Selatan dengan Kpop-nya. Yang mana sudah bukan rahasia lagi bahwa pemerintahannya benar-benar mendukung penuh pengembangan dan penyebaran budayanya melalui Kpop :D
Dari Bu Dewi, kenapa harus membaca bukunya? Meski Pemilu Legislatif sudah lewat? Karena kerja Politik yang duduk di kursi legislatif itu bukan kampanye, tidak modal dengkul, bukan pencari kerja tapi lebih kepada seseorang yang sudah cukup dengan “Dunia”nya sehingga hanya tinggal keinginan melakukan banyak hal lebih untuk orang lain (Rakyat) yang memilihnya. Dalam buku ini Bu Dewi ingin menjelaskan bahwa seseorang yang bisa di branding untuk Dunia Politik itu adalah yang memiliki tiga unsur utama karakter, kompetensi dan kekuatan. Istilahnya sudah memiliki modal dan rekam jejak utama. 

So, kesimpulan saya buku Dewi layak dibaca secara umum meski kita tidak ingin masuk ke dunia Politik. Seperti Blogger, pada dasarnya sudah memiliki kekuatan dari kemampuannya menulis, mengungkapkan kata perkata melalui jarinya dalam menuangkan cerita di sekitarnya sesuai karakter masing-masing. Untuk menambah kompetensi bisa dengan mengikuti pelatihan dan workshop yang sekarang banyak diadakan oleh banyak pihak. Saat mengaplikasikan ilmunya, tetap ingat benang merah dari paparan Bu Dewi dan semua nara sumber, bahwa yang utama adalah MENJADI DIRI SENDIRI, jangan pernah melakukan hal manipulatif hanya untuk sekedar memenuhi perspektif dan agar terlihat wah di depan orang lain. Berusaha menjadi lebih baik itu wajib dengan tetap menjaga nilai positif. Apapun passion dan bidang yang digeluti yang terpenting adalah menjadi diri sendiri. Dan percayalah, seleksi alam akan terus bekerja, hanya yang terbaik dengan ide original dan kreatif yang akan mampu tetap berdiri tegak.

19 komentar

  1. Personal branding itu misalnya...mak icoel "drakor",suka drama korea kan xicixi...

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha, layak dipertimbangkan buad header blog ya mak? *ditimpuk se jagad blogger :P

      Hapus
  2. aiiihhhh,...bahasannya mak coel darling udh berat nih, personal branding, politik xixixixi.... aku personal brandingnya apa yak :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. aeeh, ini belajar teuu Neng, belajar yang baik-baik, ayo pakai "Nengnong Cantik" ajah :P :v

      Hapus
  3. Sangat informatif nih mak :)
    yang penting kagak jaim ya ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mak, bener. dan makasih sudah mampir ya :D

      Hapus
  4. Teteuuup ada Korea ya, Mak. :))))))

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha...itu sesuai dengan paparan mas Dwiki jeeh CikGu analisanya :v :v

      Hapus
  5. Wow, lengkap nih mak Icoel bahasan Personal Brandingnya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihi...reportase mak, semoga bermanfaat ya say :D

      Hapus
  6. Lebih menngutamakan dan menunjukan kualiyas diri ya, Mba.

    Eheem, benar kata Mama Irma, bahasanya udah tingkat tinggi. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha...haishh, iki belajaran jeeh, cipok Idah :P

      Hapus
  7. Aaaaak itu brandingku Be Yourself Woman! Btw blognya mak Icoel keren dah, banyak kegiatan, banyak narsum, banyak ilmu. Aku menyalut & mengiri. Kiri kiri bang!

    BalasHapus
  8. kayaknya personal branding gak cuma bagus untuk politik, ya.

    Kalau Mak Icoel personal brandingnya ttg kpop, ya? hihi

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan komentar ^_^