London Love Story : FTV di Layar Lebar




Kalau nonton film “Aach...Aku Jatuh cinta” karena melihat sutradaranya, maka yang membuat saya rela mengeluarkan uang untuk membeli tiket London Love Story adalah tulisan “Tiket London Love Story  pukul (2 waktu penayangan) sudah habis” di meja penjual tiket bioskop Sunter Mall saat saya sedang antri membeli tiket untuk film lain.

Kedua, ini salah satu film yang bertahan agak lama di jadwal tayang bioskop Sunter Mall. Bahkan saat film lain yang digarap sutradara ternama sudah pada turun, film ini masih bertahan. Inilah yang membuat saya akhirnya penasaran. Dan ternyata setelah stalking-stalking, ini film terlaris di awal 2016.


Meski jujur saja, tanpa bermaksud tinggi hati dalam mengomentari sebuah karya aslinya saya sudah punya bayangan ceritanya seperti apa melihat berdasarkan deretan para pemainnya. Karena apa? Karena pemainnya adalah deretan pemain sintron striping (lagi-lagi yah...:D) yang tayang hampir tiap hari di layar TV. Tapi tak apalah ya, mari belajar menyelami dunia remaja, untuk bekal mendapingi anak di masa depan. *Aslinya saya juga butuh hiburan, makanya nonton* :P

Kenapa? Karena saya yakin penonton film ini didominasi remaja-remaja abege tanggung yang sedang heboh-hebohnya mengidolakan banyak artis bergenre remaja. Meski Dimas Anggoro dan Dion Wiyoko sendiri sebenarnya bukanlah remaja lagi.

Film yang diangkat dari novel berjudul sama ini dibuka dengan scene ala-ala...(bingung mendeskripsikannya) :D

Pemudah kaya, ganteng, dengan mobil keren yang harganya entah berapa karung kalau duitnya berbentuk cash. Clubing di sebuah tempat nongkrong hot di kota London. Hore-hore, say hai dengan semua. Tapi ekspresi mukanya menggambarkan kekosongan alias menyimpan beban yang masih belum terselesaikan.eh pulang clubing nemuin cewek (yang kebetulan) Indonesia mau bunuh diri di jembatan terkenal Kota London.

Udah bisa nebak kan kelanjutannya? Pemuda ini sudah ganteng, baik pake banget ya pasti akhirnya menolong si gadis yang akhirnya pingsan. Membawanya ke apartemennya. Pemuda ganteng impian banyak remaja ini adalah Dave (Dimas Anggara).

Karena karakter Dave yang ganteng, baik, tidak sombong dan suka membantu dengan memberi uang tentu saja Adelle jadi jatuh cinta dan terus berputar di sekeliling Dave.

Di lain sisi ada seorang gadis Indonesia, Caramel (Michelle Ziudith) yang sedang menempuh pendidikan di London. Untuk mengisi waktunya, Caramel juga nyambil kerja di sebuah cafe kecil di London.

Sosok anak gadis yang digambarkan sangat fashionable dengan coat kece, sepatu booth trendi, syal penghalau dingin London tersambil di lehernya. Ditambah kalungan headphone di leher yang selalu menemani hari-harinya.

Anak gadis cantik, ceria dan ayu, tentu saja akan selalu ada cowok yang nguber. Muncul sosok Bimo (Dion Wiyoko) pemuda ganteng yang naksir berat, selalu berputar-putar di sekitar Caramel. Memberi perhatian yang luar biasa, membawakan makanan, ngajak jalan. Impian remaja banget ini :P

Tapi di sinilah pangkal kisah film ini, Caramel menolak Bimo pastinya. Karena Caramel menyimpan luka masa lalu, luka yang akhirnya membawa langkah kakinya terbang ke London. Dan ternyata Bimo adalah sahabat dekat Adelle (Adilla Fitri) si cewek yang mau bunuh diri dan ditolong Dave.

Kisah bergulir dengan persahabatan yang akhirnya terjalin antara Caramel dan Adelle yang diperkenalkan oleh Bimo. Mereka sering jalan bareng, bermain bareng menyusuri keindahan kota London.

Hingga akhirnya terungkap bagaimana hubungan semua tokoh. Bagaimana hubungan Caramel yang masih belum bisa move on dari masa lalunya. Kenapa selalu membawa headphone kemanapun
.
Jadi nih, intinya kalau yang nonton film ini orangnya sudah emak-emak kaya saya jangan pasang ekspektasi terlalu tinggi. Membayangkan hal-hal unik dan mengejutkan terjadi dalam rangkaian film ini. Terutama saat tahu atau masih pernah stalking-stalking sinetron striping remaja atau FTV di televisi buatan rumah produksi yang sama dengan pembuat film ini.

Karena kalau saya pribadi, jujur saja di 15 menit pertama melihat jalan cerita sudah terbayang rangkaian selanjutnya. Kalau boleh jujur lagi, saya jadi serasa nonton sinetron versi layar lebar. Akting Michelle Ziudith yang sudah tergambar nyata di mata, sesuai dengan apa yang sering saya lihat selama ini di layar kecil.

Gadis remaja yang menginap di kamar orang baru dikenalnya karena berbaik hati menolongnya saat akan bunuh diri dalam keadaan masuk, tanpa membawa apapun, bahkan pakaian harus pinjam punya tuan rumah tapi bisa tampil cantik dengan make up lengkap menawan.

Jalinan kesalah pahaman yang terjadi, benar-benar tipikal FTV banget deh pokoknya.

Tapi tetap ada daya tarik dan menghiburnya sih. Seperti pemandangan indah kota London yang banyak disorot. Dari siang hingga malam dengan kerlap kerlip lampu kotanya yang menawan. Benar-benar menggoda iman untuk rajin nabung supaya suatu saat bisa ke sana :D

Diimbangi keindahan Bali yang mempesona, meski porsinya tidak banyak. Dari Tari kecak hingga sunset yang bagai lukisan abstrak jingga di dinding langit menjadi latar belakang scene Caramel dan Dave di dalam mobil sambil bersenandung bersama penuh tatapan dan tawa cinta di Jembatan Selat Bali.

Intinya untuk emak-emak yang butuh tontonan untuk sekedar hiburan, me time bareng anak remajanya film ini sih rcommended. Tapi kalau butuh tontonan yang agak berat, butuh pemikiran dalam untuk memahami setiap dialog dan tebak-tebak deg-degan endingnya, maka jangan nonton deh.Yang ada kalau hobi nulis & bikin review isinya bisa-bisa kritik semua. Karena menurut saya aslinya film ini memang benar-benar menyasar penonton remaja, abege :D

Tapi gara-gara nonton filmnya, saya jadi penasaran untuk membeli novelnya. Karena biasanya selalu memiliki rasa yang berbeda saat menikmati novelnya.

5 komentar

  1. hiks aku belum nonton mak, gak ada temennya

    BalasHapus
  2. iya juga ya,pemainnya anak2 ftv hehehe...

    BalasHapus
  3. Alhamdulillah ga nonton..haha takut baper aku mak Icoel

    BalasHapus
  4. Pernah liat banner film ini di jalan dan penasaran pengen nonton. Belum kesampean belum lagi banyak film lain yang bikin galau milih :D

    BalasHapus
  5. Mak Icoel, aku dulu sering nonton di Sunter Mall karena deket sama tempatnya tanteku dan segmentasi penonton disana memang kebanyakan abg tanggung seputaran Kemayoran-Tanjung Priuk atau pekerja di PT sekitaran situ, hihi. Jadilah ngga heran kalo film kayak begini laku keras. Btw, soal filmnya, romansanya juga kayaknya hampir sama sm Remember When, film Michele Ziudith sam Dimas Anggara yg sebelumnya. Karakter tokohnya kayak yang template aja gitu.

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung dan meninggalkan komentar ^_^